XtGem Forum catalog

Salam alaykum

"SEPI ING PAMRIH RAME ING GAWE"
Belajar dengan tanpa pamrih, mengabdi tanpa pamrih, menolong tanpa pamrih, berjuang tanpa pamrih, membangunpun tanpa pamrih. pola tanpa pamrih itulah ajaran Sang Kyai.

Mengenal kyai

Banyak orang yg bertahun2 menuntut ilmu diPesantren, ketika pulang, orang tidak menyebutnya Ulama atau Kyai. Ada juga yg hanya sebentar menuntut ilmu dipesantren Orang sudah menyebutnya Kyai. Bahkan lantaran seseorang menjadi haji lantaran pergi haji, sudah disebut kyai, padahal trkadang tidak tau ilmu agama islam. mungkin sarat rukun haji baru ia ketahui ketika akan berangkat haji saja.
Ada juga seseorang yg meniru2 gaya/sandangan seperti Kyai namun tidak punya sifat/kelakuan sprti kyai, bahkan ada yg buat main2 saja.
Juga terkadang seorang kaum disebut Ulama atu Kyai, seorang Modin disebut Kyai, lantaran ia di anggap pandai berDo'a padahal trkadang Do'aNya banyak yg keliru. Akibatnya naiklah martabat smua itu lantaran disamakan kyai, dan turunlah martabat seorang Ulama besar lantaran gelar Kyai. Mengapa? lantaran smua itu disamakan dengan kyai besar, dan kyai besar disamakan dngan smua itu.
Kira-kira 20 tahun yg lalu, belum banyak orang2 yg senang digelari kyai. Bahkan mungkin malu. Atau malah menghina gelar tersebut. Mengidentifikasikan kyai dan santri dengan sarung dan theklek (alas kaki terbikin dari kayu dengan selempeng karet irisan ban). kyai berpakaian kumal, dan santri penuh berkudis. Tapi sekarang, baru bisa shalat, baru bisa memandikan mayat, baru bisa hamdallah, atau baru bisa berdalil dengan ayat alqur'an yg trkadang belum beres makhrajnya, sudah senang meng kyaikan diri. Pergi haji biar disebut kyai, ksana kmari memakai kopyah biar disebut kyai, hingga seakan-akan kyai itu sama dengan serban dan kopyah. Ini ada apa ? Wallahu a'lam.
Yg jelas, sebelum kurang lebih 20 tahun yg lalu, belum ada perhatian terhadap "pesantren". sekarang, pesantren sedang mendapat tempat. Banyak diberi sumbangan keuangan, banyak didirikan pesantren karya pembangunan dengan perlengkapan yg serba lumayan. Sedangkan perhatian terhadap "pesantren", brarti pula "perhatian" terhadap kyai. jadi kyai sekarang sedang dalam keadaan "diperhatikan" Apakah hal itu yg justru menjadi motifasi mereka sehingga senang digelari kyai atau bukan hal itu, kami juga tidak tahu. wallahu a'lam. semoga saja tidak. A m i n . Atau mungkin motifasi mereka, lantaran baru sejaranglah mengenal "kyai". dan tau kebaikanya, sadar akan keIstimewaanya. tapi ini juga tidak mungkin, sebab setiap orang sebelum 20 tahun yg lalu mesti sering mendengar sebutan kyai. kyai Mojo, guru pangeran diponegoro, misalnya. Yg penting. Sekarang bukan berebut gelar "kyai" atau pembatasan siapa saja yg berhak bergelar "kyai". Gelar ini adalah bukan gelar yg syar'iy atau religius semata (religius semacam Nabi, Ulama, Rasul dan sebagainya), gelar itu hanya ada diIndonesia. Itupun hanya di jawa, malah jawa barat (sunda) menyebutnya dengan Ajengan. Paling tidak, sejak tahun 1800-an sudah mulai dikenal gelar kyai. Ini jelas terbukti dengan sebutan kyai Mojo. kemudian gelar itu berada terus existensinya sampai dengan 1k.20 tahun yg lalu. Disini kita lihat sebutan-sebutan, misalnya K.H. Hasyim asy'ari pendiri NU. K.H. Ahmad Dahlan pendiri Muhammaddiyah, KHR. Asnawi guru alqur'an di kudus, KH. Ma'shum lasem, KH. Bisyri Mushthafa Rembang. Ada lagi kyai Suro guru kekebalan, Ada lagi kyai Dalang, kyai Cubruk nama keris, kyai Pleret nama tombak, kyai nogo wilogo dan kyai guntur madu nama gong yg dibunyikan setiap perayaan sekaten di yogyakarta. Dan aneh lagi kyai digelarkan untuk binatang singa yg dikramatkan dan dianggap yg menjaga keamanan suatu tempat. Ada lagi kyai (=yai) sebagai panggilan terhadap kakek.
Gelar-gelar kyai tersebut, kalu diperhatikan pada dasarnya diberikan pada yg mempunyai kelebihan dan atau kramat. Lebih khudlu' dan lebih alim agamanya, lebih ahli dalam bidang kekebalan, lebih pinter dalam bidang kewayangan, lebih angker dan misterius, lebih menguasai ketenangan atau lebih tua usianya.
"Kelebihan" disini adalah kelebihan spirituil. Hal ini terbukti tidak ada milyoner yg hartanya berlebih-lebihan digelari "kyai" lantaran hartanya itu. Karena spirituil, maka untuk menentukan batas sampai dimana "kelebihan" itu amatlah sulit. Terserah pada yg menganggap dan mengakuinya.

>> kyai dan ulama'

Back to home